top of page

Kekuatan Ajaib Sabun dan Air


ree

Di sebuah sekolah, ada seorang murid bernama Putri, siswi kelas tujuh yang penuh semangat. Ia sangat suka bermain bersama teman-temannya — berlari, bercanda, dan bermain kartu Uno di kelas. Sayangnya, Putri punya satu kebiasaan buruk: ia sering lupa mencuci tangan setelah bermain, meskipun teman-temannya sudah berkali-kali mengingatkan.

“Putri, mending kamu cuci tangan dulu deh. Nanti bisa kena kuman, loh. Kita semua udah cuci tangan!” kata salah satu temannya.

“Enggak ah, nanti aja. Toh habis ini mau main lagi,” sahut Putri santai.

“Ya udah, terserah kamu. Yang penting kami sudah mengingatkan,” jawab temannya pasrah.

 

***

 

Sementara itu, di pojok sekolah yang jarang dikunjungi, ada perpustakaan tua yang penuh debu. Di situlah seorang siswi misterius bernama Laily sedang melakukan sesuatu yang aneh. Ia duduk di depan meja tua dengan botol-botol kaca berisi cairan hijau dan alat-alat aneh.

Wajah Laily tampak serius, namun bibirnya tersenyum miring.

“Hahaha... akhirnya berhasil! Kuman raksasa ciptaanku akan membuat semua anak di sekolah ini jatuh sakit. Kalau mereka semua sakit, akulah satu-satunya yang bisa ‘menguasai’ sekolah ini!” katanya jahat sambil mengaduk ramuan busa kehijauan.

Perlahan, cairan itu memunculkan kuman raksasa berwarna hijau kehitaman. Kuman-kuman itu bergerak pelan, keluar dari perpustakaan, lalu menyebar ke seluruh sekolah.

Tak lama kemudian, banyak murid mulai sakit. Ada yang batuk, demam, pilek, bahkan tak bisa masuk sekolah. Ruang kelas yang biasanya ramai kini sepi. Hanya terdengar suara batuk dari berbagai sudut.

Putri pun ikut sakit. Ia merasa tubuhnya lemas, kepala pusing, dan tenggorokan kering. Ia menyesal, tapi sudah terlambat.

“Harusnya aku dengerin Salsa dan teman-temanku,” gumam Putri pelan dari tempat tidurnya.

 

 

***

 

Beberapa hari kemudian, ketika Putri terbaring lemas di rumah, datanglah temannya yang bijak bernama Ara. Ia dikenal suka mempelajari tanaman obat dan hal-hal tradisional.

Ara membawa sebuah batang sabun berwarna biru muda, yang tampak tua tapi berkilau lembut.

“Putri, ini sabun warisan keluargaku,” kata Ara.

“Gunakan sabun ini bersama air dari mata air murni. Sabun ini katanya punya kekuatan ajaib untuk mengusir kuman jahat.”

Putri pun menuruti nasihat Ara.

Ketika sabun itu bersentuhan dengan air dan digunakan untuk mencuci tangan serta membersihkan tubuh, kuman-kuman jahat karya Laily mulai lenyap satu per satu.

Tubuh Putri mulai segar kembali.

“Wah, Ara, sabunmu luar biasa! Coba kita bagi ke teman-teman yang lain, biar mereka juga sembuh,” kata Putri bersemangat.

“Setuju! Ayo, kita bantu semuanya,” jawab Ara.

Mereka pun berkeliling sekolah, membagikan sabun ajaib dan mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar. Tak lama kemudian, semua murid yang sakit mulai pulih, dan suasana sekolah kembali ceria.

Keesokan harinya, Putri dan Ara pergi ke sekolah sambil membawa sabun ajaib itu. Mereka membuat banyak potongan kecil dan membagikannya kepada teman-teman yang masih sakit. Sambil membagikan, mereka juga mengajarkan cara mencuci tangan yang benar:

  1. Basahi tangan dengan air.

  2. Gosok sabun di telapak dan punggung tangan.

  3. Bersihkan sela-sela jari dan kuku.

  4. Bilas dengan air bersih, lalu keringkan.

Pelan tapi pasti, satu per satu murid sembuh. Sekolah yang tadinya sepi kembali ramai dan penuh tawa. Guru pun ikut senang melihat semua siswanya sehat kembali.

Putri kini tidak pernah lupa mencuci tangan. Setiap kali selesai bermain, ia langsung menuju wastafel. Ia juga sering mengingatkan teman-temannya,

“Ayo cuci tangan dulu! Jangan kayak aku dulu ya, kapok banget sakitnya.”

Sementara itu, Laily akhirnya sadar bahwa perbuatannya salah. Ia menyesal menciptakan kuman jahat hanya karena ingin berkuasa. Ia datang ke Putri dan Ara untuk meminta maaf.

“Maaf ya, aku udah bikin semua orang sakit. Aku cuma pengin diperhatikan,” katanya menunduk.

Putri tersenyum ramah.

“Enggak apa-apa, Laily. Yang penting kamu mau berubah. Yuk, kita bareng-bareng jaga kebersihan sekolah.”

Sejak hari itu, mereka bertiga menjadi sahabat baik. Mereka membuat “Tim Tangan Bersih” di sekolah dan rutin mengingatkan teman-teman tentang pentingnya kebersihan.

Sekolah pun kembali damai, ceria, dan harum sabun setiap hari.

 

 


 
 
 

Comments


bottom of page